Sunday, March 10, 2013

Pengertian Keluarga dan Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa : “Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk keperibadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis”.
Pendapat diatas dapat dimungkinkan karena keluarga merupakan lingkungan pertam dan utama bagi seorang anak manusia, di dalam keluarga seorang anak dibesarkan, mempelajari cara-cara pergaulan yang akan dikembangkannya kelak di lingkungan kehidupan sosial yang ada di luar keluarga. Dengan perkataan lain di dalam keluarga seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu pula seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan nilai-nilai maupun norma-norma yang ada dan berlaku di masyarakat ataupun dalam keluarganya sendiri serta cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan istilah keluarga itu sendiri memiliki beraneka ragam pngertian, salh satunya diungkapkan oleh Paul B Houton dan Chester L Hunt (1987:267) adalah sebagai berikut :
  • Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama
  • Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan
  • Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak
  • Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak
  • Satu orang dengan beberapa anak.
Karena beragam dan luasnya pengertian tentang keluarga maka penting adanya pembatasan atau definisi keluarga. Diantaranya pendapat Burgess dan Lock yang membedakan keluarga dengan kelompok sosial lainnya adalah sebagai berikut
Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Pertalian antara suami dan istri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah atau kadangkala adopsi
Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga, kadang-kadang seperti masa lampau rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi didalamnya empat sampai lima generasi. Sekarang rumah tangga semakin kecil ukurannya, umunya dibatasi oleh suami istri anak atau dengan satu anak, dua atau tiga anak.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui sentimen-sentimen yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.
Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lain. Berbeda kebudayaan dari setiap keluarga timbul melalui komunikasi anggota-anggota keluarga yang merupakan gabungan dari pola-pola tingkah laku individu (dalam Khairudin, 1985).
Pada garis besarnya keluarga dapat dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu keluarga luas (extended family) dan keluarga Inti (nuclear family). Keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada hanya ayah, ibu dan anak-anak atau dengan perkataan lain, keluarga luas merupakan keluarga inti ditambah dengan anggota-anggota keluarga yang lain, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Sedangkan keluarga inti dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dar atah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah.
Di Indonesia sendiri, keluarga telah diatur dalam berbagai peraturan atau undang-undang RI nomor 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai berikut : ”Keluarga merupakan wahana pertama seorang anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya”.
Sedangkan menurut SD. Vembrianto dalam “Sosiologi Pendidikan” mengintisarikan tentang pengertian keluarga ini yaitu :
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak
Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi
Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana efeksi dan rasa tanggung jawab
Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Fungsi Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yang sulit diubah dan digantikan oleh orang atau lembaga lain tetapi karena masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan, tidak menutup kemungkinan sebagian dari fungsi sosial keluarga tersebut mengalami perubahan. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga tersebut akan banyak dipengaruhi oleh ikatan-ikatan dalam keluarga, hal ini sesuai dengan yang dikatakan MI Solaeman (1978:18) bahwa : “Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang pokok, yaitu fungsi-fungsi yang tidak bisa dirubah dan digantikan oleh orang lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan”.
Mengenal fungsi keluarga Abu Ahmadi (1991:247) mengemukakan bahwa tugas atau fungsi keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tetapi jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa fungsi kelurga adalah :
Menstabilkan situasi keluarga dalam arti stabilisasi situasi ekonomi keluarga
Mendidik
Pemelihara fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religius.
Mengenai fungsi keluarga, khususnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya Singgih P Gunarsa (1991:54) mengemukakan sebagai berikut : “Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak baik dari sudut organis-Psikologis, antara lain makanan, maupun kebutuhan-kebutuhan psikis seperti kebutuhan-kebutuhan akan perkembangan, kebutuhan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan asuhan ucapan-ucapan dan perlakuan”.
Dari konsep tersebut diterangkan bahwa diantaranya peran orang tua ini sangat penting sekali terhadap pemenuhan kebutuhan intelektual bagi anak melalui pendidikan.Hal ini merupakan tanggung jawab orang tua harus diberikan kepada anaknya sehingga orang tua ditekankan harus mengerti akan fungsi keluarga dan tentunya pemahaman tentang pendidikan. Ini harus benar-benar dirasakan oleh orang tua sampai mampu berkeinginan untuk melanjutkan sekolah anaknya ke yang lebih tinggi sehingga wawasan dan pemahaman anak bisa lebih luas.
Selain dari pendapat diatas mengenai fungsi keluarga ini menurut MI Soelaeman mengatakan sebagai berikut :
Fungsi Edukatif – Sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukn ini, adalah suatu kewajaran apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saar-saat tertentu terjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak dan diarahkan pada perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fungsi Sosialisasi – Melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari pola-pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialisasi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan, penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.
Fungsi protektif – Fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.
Fungsi Afeksional – Yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Anak biasanya mempunyai kepekaan tersendiri akan iklim-iklim emosional yang terdapat dalam keluarga kehangatan yang terpenting bagi perkembangan keperibadian anak
Fungsi Religius – Keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak anak serta keluarga pada kehidupan beragama. Sehingga melalui pengenalan ini diharapkan keluarga dapat mendidik anak serta anggotanya menjadi manusia yang beragama sesuai dengan keyakinan keluarga tersebut.
Fungsi Ekonomis – Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah, perencanaan dan pembelanjaannya. Pelaksanaanya dilakukan oleh dan untuk semua anggota keluarga, sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan tanggung jawab bersama.
Fungsi Rekreatif – Suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi Biologis – Fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksuil. Kebutuhan ini berhubungan dengan pengembangan keturunan atau keinginan untuk mendapatkan keturunan. Selain itu juga yang termasuk dalam fungsi biologis ini yaitu perlindungan fisik seperti kesehatan jasmani dan kebutuhan jasmani yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan akan mempengaruhi kepada jasmani setiap anggota keluarga.

Ciri Ciri Dan Tips Menciptakan Keluarga Yang Harmonis

Hidup bahagia bukan hanya tentang uang, kekayaan, jabatan atau kesuksesan lainnya yang Anda raih, tetapi juga keluarga yang harmonis. Ciri keluarga sehat, bahagia juga harmonis berikut bisa Anda jadikan cermin untuk melihat tanda-tandanya dalam keluarga Anda.
* Menikmati kehadiran yang lain. Tidak berarti mereka harus selalu bersama-sama, tetapi begitu bersama-sama mereka menikmati kebersamaan itu.
* Saling menghargai satu sama lain dan menemukan hal-hal positif pada diri masing-masing anggota.
* Meski tidak selalu, mereka sering melakukan rekreasi bersama-sama. Nonton konser, berlibur, dan berjalan-jalan ke tempat yang sama.
* Saling terbuka dan percaya satu sama lain, termasuk hal-hal yang sangat pribadi.
* Bila salah satu tertimpa kesusahan, ia selalu bisa datang pada yang lain tanpa rasa sungkan.
* Sering menertawakan satu hal yang sederhana bersama-sama, menyanyi lagu yang sama, dan menikmati acara yang sama.
* Tidak pernah kehabisan acara atau ide untuk melakukan hal bersama-sama.
* Tidak punya masalah dalam tidur dan gangguan kebiasaan makan yang tidak sehat (bulimia, anoreksia, sulit makan, atau makan tidak terkontrol).
* Saling mengenal dan dikenal oleh teman dan keluarga masing masing.
Keluarga harmonis tentunya dambaan kita semua…namun tuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, banyak hal yang dapat menghalangi terciptanya hal tersebut, mulai dari masalah ekonomi, keharmonisan suami isteri itu sendiri dan banyak hal lainnya.
Namun, ada cara yang bisa Anda lakukan untuk mempertahankan keutuhan tersebut, bahkan Anda tetap bisa memiliki keluarga dan lingkungan dalam rumah yang positif jika Anda melakukan beberapa saran berikut. Oh ya, untuk melakukan saran-saran yang ada, Anda tidak perlu berhenti kerja, ini hanya butuh pengaturan waktu yang bijak, dan teladan nyata bagi anak-anak.
1. Selalu berhubungan dengan semua anggota keluarga.
Salah satu hal yang paling penting dalam keutuhan sebuah keluarga adalah adanya perasaan memiliki satu sama lain yang kuat. Anda boleh saja sibuk di meja saat pagi baru menjelang, namun tak ada salahnya jika meluangkan waktu beberapa menit untuk menyapa anak dan suami serta menanyakan jadwal mereka hari itu.
2. Duduk dan makan bersama.
Satu-satunya kesempatan yang mungkin dimiliki oleh keluarga dengan anggota super sibuk untuk bisa berkumpul bersama adalah saat makan malam tiba. Jadi, usahakan agar semua anggota keluarga selalu makan bersama.
Sebuah studi mengatakan bahwa anak-anak yang selalu makan bersama keluarganya memiliki potensi nakal lebih rendah daripada yang tidak. Selain itu, dalam perkembangannya, anak-anak tersebut juga jauh lebih ‘aman’ dari godaan narkoba dan putus sekolah. Duduk dan makan bersama juga bisa membuat tiap anggota lebih saling mengenal satu sama lain.
3. Kembangkan kebaikan dan kemurahan satu sama lain.
Sebagai keluarga yang harmonis, carilah tahu siapa-siapa di antara anggota keluarga atau tetangga yang mungkin membutuhkan pertolongan. Lalu, bekerja samalah untuk memenuhi ‘panggilan bantuan’ tersebut. Ini juga merupakan pelajaran penting agar kelak anak menjadi orang yang memiliki jiwa sosial dan peduli sesama.
4. Jadwalkan liburan keluarga.
Saat hari itu tiba, buat kesepakatan bersama untuk meninggalkan kesibukan masing-masing. Matikan TV, handphone, komputer, atau hal lain yang mengganggu selama sehari, dan gunakan hari itu untuk jalan-jalan, berenang, atau piknik bersama. Kegiatan macam ini akan membuat hubungan satu dengan lain makin erat.
5. Komunikasi, komunikasi, dan komunikasi.
Sediakan waktu khusus tiap harinya, jika memungkinkan, bersama keluarga sehingga Anda dan mereka bisa bercerita tentang kehidupan dan kegiatan masing-masing. Hal ini juga bisa menjadi kesempatan bagi keluarga untuk rapat bersama guna mengatasi berbagai persoalan yang mungkin timbul dalam keluarga.
6. Pergilah ke tempat ibadah bersama-sama.
Tak peduli apa yang menjadi agama dan kepercayaan Anda dan keluarga saat ini, adalah hal yang penting untuk pergi beribadah bersama-sama. Selain bisa memperkuat iman, masing-masing anggota bisa menemukan peranan, tujuan, dan arti hidup dalam keluarga dan masyarakat.
7. Biarkan anak yang memimpin (sesekali).
Anak-anak suka didengar, jadi terkadang biarkan anak yang mengambil keputusan dan orang tua mengikuti, misalnya tentang kegiatan liburan akhir pekan nanti. Selain mendidik anak agar mampu mengambil keputusan, mereka juga bisa mengetahui kemampuan dan batasan mereka dalam menilai sesuatu
8. Buat komitmen untuk bekerja sama dalam rumah.
Membangun mental ‘kita bisa’ lewat pengalaman bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu pasti lebih baik daripada mental individualis dan menyerah. Ingat, keluarga itu adalah sebuah tim.
9. Jaga kesehatan.
Jika orang tua suka makan junk food dan tidak pernah olahraga maka anak akan memiliki kecenderungan yang sama. Jadi, beri teladan pada anak untuk menjalankan pola hidup sehat dan disiplin. Misalnya, menyikat gigi sebelum tidur, memakai helm saat naik motor, mengenakan seat belt, makan sayur, olahraga, bangun pagi, meletakkan barang pada tempatnya, dan lain-lain.
10. Terimalah satu sama lain apa adanya.
Masing-masing anggota keluarga berbeda, tak ada yang sama sekalipun jika mereka kembar. Jadilah orang yang terbuka dengan pemikiran orang lain, sekalipun itu adalah anak-anak Anda sendiri. Dengan demikian, dalam keluarga akan ada sikap saling menghargai yang mampu membawa suasana menyenangkan dalam hidup sehari-hari.